Laskar Pelangi Karya Anak Bangsa yang Mendunia

 


Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Buku ini tercatat sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah. Melansir detikHOT, hingga kini Laskar Pelangi telah terbit di 120 negara dan diterjemahkan lebih dari 40 bahasa asing. 


Sumber Foto : Tokopedia 


Laskar Pelangi kemudian diadaptasi menjadi sebuah film yang dirilis pada 26 September 2008 dengan judul yang sama. Diproduksi oleh Miles Films dan Mizan Production, dan digarap oleh sutradara Riri Riza. Skenario adaptasi ditulis oleh Salman Aristo dibantu oleh Mira Lesmana. 


Hingga Maret 2009, film Laskar Pelangi telah ditonton oleh 4,6 juta orang, menjadikannya film terbanyak ditonton di Indonesia keempat, setelah Jelangkung (5,7 Juta), Pocong 2 (5,1 Juta) dan Ada Apa Dengan Cinta (4,9 Juta). 


Film ini penuh dengan nuansa lokal Pulau Belitong, dari penggunaan dialek Belitung sampai aktor-aktor yang menjadi anggota Laskar Pelangi juga adalah anak-anak asli Belitung. Lokasi syuting juga di Pulau Belitung dan biaya produksinya mencapai Rp 8 Miliar. 


Laskar Pelangi bercerita tentang kehidupan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Mereka adalah: 


1. Ikal 

2. Lintang 

3. Sahara 

4. Mahar 

5. A Kiong  

6. Syahdan 

7. Kucai 

8. Borek (Samson)

9. Trapani 

10. Harun 


Mereka bersekolah dan belajar pada kelas yang sama dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP. Keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah membuat mereka terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. 


Sumber foto : travel.detik.com 

Cerita terjadi di desa Gantung, Belitung Timur (orang Belitung menyebutnya Gantong). Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.


Dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah.


Mereka, Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi - pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kegeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat.


Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Pada bagian-bagian akhir cerita, anggota Laskar Pelangi bertambah satu anak perempuan yang bernama Flo, seorang murid pindahan dari sekolah PN. 


Kisah mereka ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. 


Novel Laskar Pelangi adalah buku pertama dari Tetralogi Laskar Pelangi. Buku berikutnya adalah Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. Andrea Hirata berhasil membangkitkan kesan istimewa di benak penikmat karyanya melalui kisah yang diringkas kocak dan mengharukan ini.    


Banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita Laskar Pelangi. Diantaranya adalah keterbatasan fasilitas tidak menghalangi seorang siswa untuk menjadi cerdas dan berprestasi. Beberapa faktor seperti kemauan, tekad, do'a, kerja keras serta dorongan dari guru dan orang tua dapat menjadikan mereka mencapai apa yang diinginkan. 


Hal ini terbukti dari karakter Lintang sebagai sosok anak yang cerdas walaupun bersekolah di sebuah bangunan yang tampak memprihatinkan dan sudah tak layak dijadikan sebagai sekolah. 


Cerita ini juga menunjukkan kita makna dari persahabatan serta semangat dalam memiliki cita-cita dan menjadi seorang pemimpi. 



"Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia." 


Sumber : 







Devi Tirtasari 
© 2021 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Baku

Kesalahan Vs Kebaikan

Tempat Bersejarah